Jumat, 14 Agustus 2009

Da’i Perbatasan dan Pengaruhnya Terhadap Masyarakat di Aceh

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu kawasan di Asia yang memiliki berbagai Qanun tentang Syari’at Islam.

Hingga sampai saat ini, Syari’at Islam itu sendiri ada yang sudah berjalan dengan benar, dan ada yang masih dalam tahap awal.

Bila melirik dari administrasi pemerintahan Aceh terdapat beberapa instansi yang membidangi khusus tentang Syari’at Islam. hal ini bisa dilihat dari lembaga ke islaman yang ada di sana, seperti polisi Syari’at Islam, lembaga adat, da’i perbatasan dan lainnya.

Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu kawasan di Asia yang memiliki berbagai Qanun tentang Syari’at Islam.

Hingga sampai saat ini, Syari’at Islam itu sendiri ada yang sudah berjalan dengan benar, dan ada yang masih dalam tahap awal.

Bila melirik dari administrasi pemerintahan Aceh terdapat beberapa instansi yang membidangi khusus tentang Syari’at Islam. hal ini bisa dilihat dari lembaga ke islaman yang ada di sana, seperti polisi Syari’at Islam, lembaga adat, da’i perbatasan dan lainnya.


Hal yang sangat menarik di sana adalah da’i perbatasaan. Meraka memiliki tugas kusus dalam menjalankan amanah Allah SWT. Kegiatan yang terpuji ini bertujuan untuk memahamkan dan mempertebal aqidah penduduk yang tinggal di perbatasan tersebut.

Tugas mereka mengajak orang-orang kepada jalan yang benar, mengadakan pengajian bagi kaum bapak dan kaum ibu serta para anak muda setempat. Para da’i tersebut juga harus mengusai berbagai persoalan apalagi jika harus berhadapan dengan warga yang di luar islam, sudah tentu di butuhkan kebijakan yang mulia sehingga para non muslim yang tinggal di perbatasan ini tertarik kepada ajaran islam dengan hati yang ikhlas.

Menegakkan agama Allah memang banyak tantangan dan rintangan yang akan dihadapi, apalagi wilayah perbatasan merupakan daerah rawan kristenisasi dan missionaris lainya.

Hal ini terbukti di salah satu pesantren yang terletak di kota Subulussalam, pada suatu ketika di mana salah seorang pendatang yang mengaku dirinya beragama islam, sehingga sempat diangkat sebagai ustadz atau staf pengajar.

Akhirnya setelah beberapa bulan mengajar, maka diketahui status orang tersebut non muslim yang ingin mengelabui pesantren dan menjalankan misinya di sana. Inilah salah satu yang perlu dibentengi terhadap penduduk yang tinggal di wilyah perbatasan tersebut.

Bila membaca sejarah para ulama terdahulu, dalam menegakkan agama Allah sangat banyak tantangan dan ringatang serta makian yang mereka hadapi. Begitu juga dengan para da’i yang bertugas di perbatasan ini, mereka banyak mendapat teror dan ancaman di berbagai tempat. Apalagi masyarakat yang belum mengerti akan agama, hal ini sangat mungkin terjadi.

Sebagai contoh, ketika para da’i berceramah di masjid, sekelompok pemuda bereteriak keras dari laur, dengan menunjukkan ketidak senangan mereka akan hal demikian.

Hal yang serupa juga terjadi pada da’i yang lain, misalnya di wilayah Kota Subulussam. Orang yang tak dikenal meletakkan botol minuman keras di depan pintu rumah da’i, plus surat peringatan, tapi maklum saja di mana ada orang baik, pasti ada yang jahat.

Maka dalam hal inilah, para da’i tersebut sebelum turun kelapangan diberi bekal dan metode dalam bermasyarakat, serta pemahaman dan penjelasan bagaimana tugas seorang da’i. lebih-lebih lagi bila di tempatkan di wilayah yang penduduknya masih sangat awam tentang nilai-nilai islam..

Untuk lebih mempercepat kinerja para da’i perbatasan tersebut, sarana transportasi seperti honda bebek juga disediakan bagi mareka. Sehingga tugas dan amanah yang mereka laksanakan berjalan dengan cepat dan mencapai target yang di inginkan,

hingga saat ini, para da’i perbatasan tersebut mendapat simpati yang luar biasa dari masyarakat, karena mereka bekerja full time baik pagi, siang, maupun malam hari. Apalagi kehadiran para penda’i di kampung-kampung akan sangat membantu para ustadz, guru, serta imam dan tokoh masyarakat yang ada di sana.

Para masyarakat banyak yang berkomentar, bahwa anak-anak mereka telah berubah dari hasil didikan dan bimbingan para da’i tersebut. Apalagi mereka yang telah di islamkan, bahkan bagi yang tidak mampu, langsung dapat melanjutkan pendidikan secara gratis dari pemda setempat yang dibiayai oleh Badan Amal Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS).

Hingga sampai saat ini, sudah banyak para muallaf yang dihasilkan dari kinerja para da’i perbatasan tersebut dan jumlahnya sudah mencapai ratusan bahkan hampir ribuan, jumlah ini hanya baru di wilayah kota Subulussalam dan Aceh Singkil saja.

Da’i perbatasan ini memang jarang terdengar, bahkan di telinga rakyat Aceh sendiri, karena mereka bertugas hanya di daerah yang berbatasan langsung dengan Sumtera Utara (SUMUT). Jadi, mereka hanya lebih dikenal oleh orang yang tinggal di perbatasan Aceh saja.

Daerah yang berbatasan langsung dengan propinsi Sumatra Utara tersebut yaitu Kabupaten Aceh Singkil, Kota Subulussalam, Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Tamiang. Empat kabupaten kota inilah para da’i tersebut ditugaskan dan mareka biasanya mendapat kontrak dua tahun. Setelah masa kontrak selesai, maka bisa mengajukan tes ulang bila ingin melanjutkan kinerja sebagai da’i untuk tahun berikutnya.

* Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Al-Azhar Cairo/Aktivis World Acehnese Association (WAA). YM (malim_sempurna2)
Untuk Selanjutnya Klik Disini

Kamis, 13 Agustus 2009

Kampung Laemate DI Subulussalam

MESIR - Ketika kita mendengar kampung Laemate, pasti yang terpikir dibenak kita khususnya bagi suku Pakpak dan Boang* adalah Air Mati. Karena nama kampung ini diambil dari asal bahasa boang sendiri. Lae yang berarti Air dan Mate berarti mati. Nama kampung ini selalu menjadi pertanyaan bagi masyarakat yang baru mendengarnya. Karena pada dasarnya kampung Laemate adalah kampung yang airnya hidup dan tidak mati.

Lain lagi pendapat perorangan dengan mengatakan bahwa air mati itu benar telah terjadi di kampung Laemate pada masa perang melawan penjajahan Belanda. Sehingga kaum muslimin bisa menyeberangi sungai yang telah beku seperti es. Namun sampai sekarang belum ada data kongkrit asal mula nama kampung Laemate yang dakui oleh sejarah. Tapi yang jelas kampung Laemate adalah termasuk salah satu kampung yang mempunyai sejarah panjang dan penduduk terbanyak di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di wilayah Kota Subulussalam sampai ke Aceh Singkil.


Sejarah Kampung Laemate.

Kampung Laemate merupakan salah satu daerah yang sangat jauh dari keramaian atau boleh juga dikatakan daerah pedalaman. Karena untuk mengunjungi kampung ini tidaklah mudah, harus menempuh dua jalur darat dan jalur air. Kedua jalur ini wajib ditempuh oleh siapa saja yang ingin mengunjungi kampung tersebut.

Pada awalnya daerah ini bukanlah satu kampung. Tapi hanya segelintir penduduk saja yang tinggal di kawasan ini. Namun dengan perkembangan zaman dan sesuai dengan bercocok tanam maka dibuatlah suatu perkampungan yang diberi nama Laemate.

Kampung ini sudah ada sejak zaman Belanda. Bahkan jauh sebelum kedatangan penjajahan Belanda, kampung ini juga sudah ada. Bukti ini bisa dilihat dari adanya bangunan rumah tua, makam-makam para syuhada terdahulu dan lain-lain. Dan di desa ini juga tidak jauh dari makam Syeikh Hamzah Al-Fansuri seorang ulama besar pada zaman dahulu kala. Terletak di kampung Oboh yang sampai saat ini masih kokoh dan berdiri dengan megahnya.

Pada zaman dahulu, penduduk di wilayah Singkil yang sekarang telah mekar menjadi Kota Subulussalam hanya memiliki jalur transportasi air untuk menghubungkan ke daerah lain. Walaupun bisa ditempuh dengan jalan kaki, tapi jaraknya yang terlalu jauh membuat masyarakat wilayah ini menggunakan jalur air sebagi penghubung utama dengan daerah lain. Sehingga, untuk menuju Kota Medan, Sumatera Utara harus menempuh perjalanan berminggu-minggu lamanya.

Melalui jalur ini penduduk yang ingin ke Medan bisa menempuh tranportasi air dengan melawan arus hingga ke daerah Alas dengan perahu tanpa mesin alias dayung pada masa itu.

Dari Alas (Aceh Tenggara) saat ini.. Bisa langsung menuju daerah Karo, dari Karo inilah nafas segar sudah mulai bisa dirasakan, Karena daerah ini tersedia jalan untuk menuju Kota Medan dengan mudah dan cepat. Bisa anda bayangkan bagaimana sedih dan capeknya nenek– nenek kami dahulu? Namun itulah perjuangan hidup.

Kampung Laemate juga tidak asing lagi bagi daerah Aliran sungai (DAS), karena kampung ini merupakan daerah terpanjang dan terpadat penduduknya di sekitar aliran sungai, Bahkan sampai saat ini tercatat penduduknya lebih dari seribu orang. Hidup bermasyarakat dalam menjalankan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari.

Penghasilan Penduduk.

Penghasilan utama penduduk kampung Laemate adalah bertani. Dan ini merupakan mata pencaharian pokok dari masyarakat setempat. Sehingga nama bulan dikarang oleh penduduk kampung ini tanpa melenceng dari makna 12 bulan yang ada di dunia ini.

Misalnya saja bulan Ramadhan. Penduduk di kampung ini menyebutnya dengan bulan Puasa. Begitu juga Syawal disebut bulan Khe Khaya yang berarti Hari Raya, dan banyak lagi istilah di kampung-kampung. Nama pengalihan bulan seperti ini, khususnya di Laemata sendiri adalah untuk menyesuaikan dengan keadaan alam dalam bercocok tanam. Karena dalam bertani harus mempunyai bulan tertentu.

Bila salah dalam menanam maka banjir akan datang, sehingga penghasilan masyarakat bisa jadi akan hilang dan lenyap. Karena daerah aliran sungai sudah menjadi kebiasaan banjir setiap tahunnya dan di bulan-bulan tertentu.
Selain bertani, daerah ini juga terdapat penghasilan yang lain dan bisa menambah pendapatan penduduk setempat, seperti, karet, ikan, kelapa, kayu dan komoditas hasil bumi lainnya.

Pendidikan.

Tidak kalah saingnya juga, kampung ini telah mempunyai sarana pendidikan seperti sekolah dasar (SD) dan Pesantren “Hubbul Wathan.” Di setiap pelosok sampai nan jauh ke ujung kampung, anak-anak terlihat dengan semangat belajar pagi dan sore.

Pagi hari mereka pergi ke sekolah dasar dan siangnya belajar di pesantren. Biasanya kalau sudah mendapat Ijazah setingkat Ibtidaiyah atau SD, kebanyakan para siswa/i melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan pindah keluar daerah.

Pesantren di kampung ini sudah berumur lebih kurang 25 tahun, dan ini menjadi kebanggaan di suatu kampung yang bisa dengan bahu membahu dan gotong royong bersama membangun sebuah tempat belajar pendidikan agama.

Selain pesantren, sarana pengajian khusus kaum bapak dan kaum ibu juga tersedia di berbagai tempat, dan ini merupakan kewajiban bagi Mareka untuk mengikutinya demi memahami agama Allah. Seperti Thariqat Naqsabandiah, amalan khalwat suluk, dan diringi dengan pengajian amalan dan tata cara shalat, serta amalan penting lainnya terhadap kaum bapak dan ibu di kampung ini.

Jika melirik kembali ke masalah pendidikan. Tercatat dalam sejarah kampung ini, banyak siswa/i yang menuntut ilmu keluar di berbagai tempat di daerah lain. Mereka juga telah menghasilkan banyak kader khususnya di bidang agama. Seperti belajar ke Pesantren Tanah Merah, kuliah di Fakultas STAIS Kota Subulussalam, USU atau IAIN Medan, IAIN Banda Aceh, UGM Jogjakarta, dan bahkan ada yang sudah sampai menembus ke Benua Afrika, di Mesir.

Hal ini sangat menjadi dukungan dan motifasi ke depan bagi para para orang tua untuk memberikan motifasi anak-anak mereka demi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Adat Istiadat.

Budaya dan adat istiadat merupakan salah satu ciri khas di manapun suatu penduduk itu tinggal. Dan masing-masing penduduk mempunyai adat istiadat yang berbeda, walaupun di sana-sini kita menemui ada sejumlah persamaan, namun persamaan itu pastinya mempunyai perbedaan.

Kampung Leamate mempuanyai adat istiadat tersendiri. Seperti dalam hal meminang, terlihat dari kaum laki-laki harus membawa beberapa peralatan kampung yang dibalut dengan kain berkilat. Di dalam kain itu tersedia sirih, tempat kapur yang terukir indah, rokok, dan lain-lain. Ini nantinya akan dihidangakan di depan keluarga mempelai perempuan untuk makan sirih atau merokok di sela-sela bercerita dan bersendagurau.

Selain itu, terdapat juga Tari Dampeng. Tari Dampeng ini merupakan tarian adat di wiliyah Kota Subulussalam dan Aceh Singkil. Bila mana ada suatu pesta tanpa dihibur dengan Tari Dampeng sepertinya acara pesta tersebut kurang sempurna dan tari ini merupakan bumbu dalam setiap acara pesta pernikahan dan sunat rasul.

Desa Laemate Sudah Mati ?

Mungkin ucapan ini sangat aneh bila kita mendengarnya. Tapi inilah fakta yang harus ditangisi. Dengan deraian air mata pada tahun 2002 sekitar tanggal 20 bulan??? kampung ini harus ditinggalkan oleh penduduknya sampai sekarang. Bukan kesengajaan dan keinginan untuk meninggalkannya, tapi inilah taqdir Allah Yang Maha Kuasa.

Aceh dengan tuduhan separatisnya yang selalu dilontarkan oleh Indonesia Jawa pada masa itu membuat penduduk Laemate harus mengungsi. Karena untuk bertahan hidup tidak mungkin lagi. Perang berkecamuk antara GAM dan RI. Tidak ada jalan kecuali mengungsi. Hal yang serupa juga dialami oleh kampung tetangga. Bahkan saat itu tercatat lebih dari 18 kampung yang harus segera ditinggalkan oleh penduduknya.

Jadilah Kampung Laemate Baru.

Setelah teromabang-ambing lebih dari 6 bulan dapatlah satu kesimpulan bahwa masyarakat Kampung Laemate baru mendapatkan setapak tanah untuk membangun kembali rumah untuk bertahan hidup dan tentunya membangun sebuah kampung mereka yang dimulai dari nol. Kampung yang dulunya mereka miliki dengan dihiasi keindahan masjid, sarana sekolah, musalla dan lain-lain. Namun saat ini semua dihiasi dengan ranting-ranting pohon dan daun-daun yang masih segar dan harus diratakan dengan tanah.
Namun, di balik semua kisah ini tersimpan banyak hikmah dan pelajaran khususnya bagi masyarakat Kampung Laemate sendiri.

Demikianlah sebuah kisah suatu kampung yang sangat jauh dari perkotaan, Namun kesabaran untuk bertahan hidup saat ini kampung tersebut sudah mulai membangun, baik dari pemberdayaan masyarakat, pembangunan sarana sekolah, jalan umum, masjid, mushalla, pembangunan rumah penduduk, baik dari BRR maupun dari BRA. Dan banyak lagi bantuan yang lain telah diberikan oleh pemerintah kepada penduduk Laemate tersebut. Dan semoga kampung ini bisa menjadi kampung yang amar makruf dan nahi munkar.

Note - Suku Boang adalah suku mayoritas di Kota Subulussalam. Di Laemate sendiri hanya terdapat suku Boang saja. Sedangkan suku Pakpak termasuk salah satu suku yang ada dikota Subulussalam.. Selain suku tersebut masih banyak suku yang lainnya seperti Aceh, Padang, Jame dan lain-lain.

Penulis adalah Malim Sempurna Aktivis World Acehnese Association ( WAA )
Untuk Selanjutnya Klik Disini

Adakah Jejak Yahudi di Aceh?

Pernahkah kita mempertanyakan hal ini? Kalau belum silahkan pertanyakan segera! Atau pernahkah anda memperhatikan simbol-simbol bangunan, baju, topi, tas, film-film yang beredar ataupun bentuk bangunan-bangunan di Aceh, seperti hotel-hotel? Kalau belum, coba perhatikan. Dan… apa yang telah anda dapatkan?

Ternyata begitu banyak simbol-simbol ataupun gambar-gambar benda-benda diatas yang membentuk simbol-simbol Yahudi. Sebut saja logo Bintang David dan Mata Horus atau The All Seeing Eye. Sekurang-kurangnya ada dua gedung yang memakai simbol ini, yakni, Hermes Palace’s Hotel dan Aceh Eye Center. Dan pada produk pakaian yang beredar di Aceh antara lain pada produk ProShop, baik logonya yang bergambar kepala Setan (yang biasanya dijadikan simbol musik rock metal) maupun gambar-gambar grafisnya yang ada pada t-shirtnya maupun topinya. Gambar-gambar tengkorak organisasi ekslusif Kabbalah di Universitas Yale, Skull n Bones dengan sangat mudah kita dapatkan menempel di baju maupun tas kawula muda Aceh. Belum lagi simbol-simbol LSM-LSM ataupun NGO-NGO asing yang pernah membantu proses rehab-rekon pasca musibah internasional tsunami di Aceh tahun 2004 lalu.


Bahkan ada mesjid yang mendirikan tiang-tiang bendera maupun menara-menara di depannya. Meskipun pemasangannya agak miring ke kiri. Lantas untuk apa tiang-tiang ini? Untuk memasang bendera-kah? Tapi kalau kita perhatikan, tiang-tiang bendera ini jarang dipakai bahkan tak pernah. Seperti yang penulis lihat di kampung halaman penulis. Seperti yang penulis ketahui, simbol pendirian tiang-tiang maupun menara di tengah-tengah atau di depan sebuah bangunan yang diagungkan (dihormati/dibanggakan) adalah kepercayaan Paganisme (penyembahan terhadap dewa-dewi). Amerika Serikat (AS) dan Vatikan contohnya. AS mendirikan Monumen Washington tepat di depan Gedung Putih, gedung pemerintahan AS atau disebut juga “Oval Office.” Sedangkan di Vatikan tepat di depan Gedung Khatolik Roma itu sendiri. Tiang maupun menara ini adalah pencitraan terhadap Phalus atau Obelisk, yang tak lain tak bukan adalah kelamin (maaf) pria, yang juga begitu diagungkan oleh ajaran ini.

Untuk logo pada simbol-simbol LSM-LSM ataupun NGO-NGO asing bisa kita lihat pertamakali pada logo Uni Eropa, yakni lingkaran bintang pada organisasi tersebut yang sebenarnya adalah simbol cincin Saturnus, yakni dewa yang mereka agungkan. Pemasangan cincin ataupun tukar cincin pada prosesi pernikahan maupun pertunangan yang tak tertutup kemungkinan dilakukan di Aceh ini juga mengagungkan Saturnus. Lalu, logo UNDP. Perhatikan logo PBB di atas tulisan UNDP. Jika kita perhatikan ada 33 seksi pada bagian dalam logo PBB. 33 sendiri adalah angka yang paling disukai oleh organisasi Kabbalah, semacam Freemasonry. Logo Aceh Peace Resource Center (APRC) juga bersimbol cincin Saturnus.

Seorang teman pernah mengatakan apalah arti sebuah simbol sehingga harus kita, umat Islam, harus mempermasalahkannya. Menurutnya masih banyak hal lain yang mesti dikaji. Dari buku “54 Cara Hancurkan Israel” dijelaskan kalau ternyata peran simbol-simbol Zionis Israel ini juga penting bagi kelangsungan hidup negeri penjajah itu. Karena ini adalah salah satu bagian dari alat propaganda mereka. Singkatnya, dengan memakai simbol-simbol Zionis Israel tersebut baik pada tas, topi, pakaian, dan lain sebagainya, maka, kita secara tidak langsung telah mendukung eksistensi negara teroris itu di Palestina dan juga secara tidak langsung kita, umat Islam, telah menyiratkan rasa bangga memakai simbol-simbol negara teroris pembunuh bayi-bayi Palestina tersebut.

Apalagi selanjutnya?

Organisasi charitas Zionis Yahudi seperti Lion Club dan Rotary Club juga pernah “bergentayangan” di bumi Aceh. Dari beberapa literatur disebutkan bahwa kedua organisasi ini adalah milik Freemasonry.

Menurut almarhum ZA Maulani, yang sempat menjabat Kabakin Intelijen Indonesia ini, Rotary Club merupakan organisasi charitas ekslusif. “Disebut eksklusif, karena charter Rotary Club secara eksplisit membatasi jumlah anggotanya sesuai dengan jumlah bidang bisnis dan profesi yang ada pada masyarakat setempat. Rotary Club mengadakan konvensi tahunan yang laporan anualnya menjadi bahan masukan untuk bahan pengembangan strategi bagi gerakan Freemasonry Internasional.” Tentu saja pernyataan ini bisa dijadikan landasan persamaan terhadap kegiatan Lion Club. Jika masih belum percaya silahkan baca buku karangan Muhammad Fahim Amin berjudul “Rahasia Gerakan Freemasonry dan Rotary Club,” yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar.

Untuk film yang beredar di Aceh pun banyak yang memakai simbol-simbol Pagan ini di dalam filmya. Utamanya film-film kartun yang beredar di kios-kios VCD di Aceh. Lihat saja film kartun Death Note, yang bercerita tentang ambisi Light Yagami yang ingin menjadi the god of the new world (tuhan dari dunia baru), sebuah keinginan yang ingin dicapai oleh Bush dan konco-konconya yang kini dilanjutkan oleh Obama dan organisasi Pagan-Kabbalah seperti Freemason, Illuminati maupun Zionisme. Kemudian, film kartun Ragnarok: The Animation. Film kartun produksi Jepang ini juga sarat memakai istilah-istilah ajaran Pagan-Kabbalah yang kini sudah bersemi baik di AS maupun Eropa juga Asia. Simbol dewa Horus bisa kita perhatikan pada brosnya salah satu karakter kartun ini bernama Yuufa.

Film-film produksi Disney’s juga memakai simbol-simbol ajaran penyembah Lucifer ini pada setiap filmnya. Seperti diketahui, Disney’s sendiri adalah milik Zionis-Yahudi, yakni gembong para pengusung ideologi Pagan-Kabbalah. Walt Disney sendiri yakni pendiri Walt Disney’s Company adalah seorang Freemason derajat 33. Film-film produksi Disney’s ini sangat berbahaya di tonton oleh anak-anak karena mengajak mereka menyelesaikan setiap persoalan dengan sihir.

Salah satu majalah yang dikeluarkan oleh Disney’s adalah Witch Magazine. Majalah remaja yang mempunyai oplah yang cukup besar ini sekurang-kurangnya telah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Untuk mengelabui pembacanya, Disney’s memberikan titik pada setiap hurufnya menjadi W.i.t.c.h. dan di setiap titiknya dimasukkan lima simbol Zionis-Yahudi, yakni Mata Horus, Segitiga Illuminati, Circle with a Dot (Lingkaran dengan titik ditengahnya, yakni melambangkan wanita), lalu simbol zodiak Pisces dan satunya lagi masih membingungkan penulis. Dan salah satu karakternya diceritakan berumur 13 tahun (sebuah angka yang menunjukkan ketigabelas suku bangsa Yahudi).

Simbol-simbol seperti ini juga muncul di drama anak—kalau tak salah penulis—di produksi oleh BBC, berjudul Teletubbies, yang juga sempat beredar di Aceh dalam bentuk VCD. Pada awal filmnya, coba perhatikan, pasti selalu diawali oleh terbitnya matahari berwajah bayi manusia. Matahari berwajah manusia ini adalah simbol Dewa Matahari bernama Ra, yang perayaan penyembahannya diadakan setiap tanggal 25 Januari. Setiap tokohnya sendiri juga memakai simbol-simbol ajaran pagan Yahudi ini diatas setiap kepala mereka. Sebut saja Tinki Winki yang memakai simbol piramida Illuminati yang terbalik, Dipsi memakai simbol kejantanan, yakni Phalus, Lala memakai simbol ikan Pisces dan Po memakai simbol kewanitaan, yakni Circle with a Dot. Logo Teletubbies adalah Mata Horus, yakni mata satu, matanya Lucifer (Dajjal) dan tulisan T-E-L-E-T-U-B-B-I-E-S sendiri berjumlah sebelas, salah satu angka favorit Kabbalah. Jika 11 dikali 2 maka akan diperoleh angka 22 dan jika dikali 3 akan diperoleh angka 33. Lagi-lagi angka favorit mereka! Jika kita jeli, maka simbol-simbol dan angka ajaran pagan Yahudi ini begitu banyak bertebaran di Bumi Seramoe Mekkah ini.

Meskipun di Aceh Majalah W.i.t.c.h. ini belum terbit, tapi ada satu produk majalah Disney’s yang terbit di Aceh yakni Album Donal Bebek yang diterbitkan oleh Kompas-Gramedia. Di album ini, ada satu kisah tentang seorang penyihir tua bernama Madam Mikmak yang selalu dapat menyelesaikan setiap persoalan lingkungannya dengan sihir. Selain itu ada lagi satu karakter lainnya yang selalu disandingkan dengan Paman Gober. Yaitu Mimi Hitam. Dalam salah satu kisahnya, demi menghilangkan kutukan sial dari sebuah batu rubi, Donal mengontak Mimi Hitam untuk menghilangkan kutukan tersebut. Mimi Hitam sendiri adalah seorang dukun yang ingin memiliki koin keberuntungan milik Paman Gober. Perilaku ini lazim terjadi pada sebahagian masyarakat Indonesia yang percaya mitos dan pergi ke dukun untuk minta pertolongan keselamatan. Ini sungguh merusak aqidah!

Semoga saja masyarakat Aceh menyadari bahaya perusakan aqidah oleh Yahudi tersebut. Bagi yang ingin tahu lebih jelas lagi silahkan baca tulisan berjudul “Mickey Mouse Leading Kids to Hell” di situs Illuminati-news.com atau baca artikel berjudul “The Skill of Lying, the Art of Deceid: the Disney Bloodline” di situs Theforbiddenknowledge.com.

Kehadiran Yahudi di Aceh di mulai ketika kapal Vereenigde Oostindsche Company (VOC) merapat di dermaga Aceh. Setidaknya inilah sedikit keterangan yang bisa dijadikan patokan terhadap kehadiran mereka di Aceh. (Sebagai catatan, Indonesia memiliki untaian pulau kurang lebih dari 13000 pulau dan Indonesia memiliki 33 propinsi. Di dalam ajaran Pagan Yahudi, Kabbalah sendiri, angka 13 dan 33 memiliki arti yang sangat spesial).

Setelah menjejaki kakinya di Aceh, orang-orang Yahudi ini pun mulai mendirikan sebuah Lodge (Loji) Freemasonry bernama Loji Prins Frederick yang kini menjadi sebuah sekolah menengah atas SMAN 1 Banda Aceh. Menurut Dr Th Steven (1994), gedung loji Vritmeselarij itu telah digunakan sejak tahun 1878. Selain bukti kedatangan VOC di atas, bukti lain yang juga dapat menguatkan penelusuran ini adalah perkataan orangtua Aceh dulu, “Otakmu seperti Yahudi.” Bukti lainnya adalah adanya batu nisan yang ditulis dengan bahasa Ibrani dan gambar Bintang David, seperti simbol bendera Israel di batu nisan tersebut. Tabloid Kontras pernah dalam sebuah kesempatan menelusuri isu ini. Menurut informasi dari tabloid tersebut, lokasi batu nisan di atas dapat dilihat di dalam komplek pemakaman Belanda, Kerkouf.

Lantas adakah kota di Kutaraja ini yang dijadikan basis mereka? Untuk saat ini penulis masih belum banyak menemukan bukti mengenai hal itu. Tapi, ada satu daerah yang sempat dijadikan oleh orang Belanda sebagai perkebunannya. Daerah itu adalah Blower. Dahulu, masyarakat Aceh mengenalnya dengan nama Bulchover, yaitu nama pemilik perkebunan ini yang tak lain tak bukan adalah seorang berkebangsaan Belanda. Dan tak tertutup kemungkinan kalau Bulchover ini adalah beragama Yahudi. Lambat laun nama ini berubah menjadi Blower. Pemaparan lengkap tentang asal mula kota Blower ini silahkan baca di Tabloid Kontras bertema “Jejak Yahudi di Aceh.” Selain bukti-bukti di atas, adakah bukti-bukti lain?

Kantor Berita Antara pada tanggal 12 September 2007 lalu sempat menurunkan laporan tentang niat seorang pengusaha Yahudi bernama George Soros yang ingin berinvestasi di Aceh dengan menggarap 20000 hektar perkebunan kelapa sawit. Informasi ini sendiri berasal dari Gubernur Irwandi Yusuf yang saat itu berada di New York, Amerika Serikat (AS). Berita ini langsung ditanggapi oleh media massa di Aceh maupun Nasional. Namun, entah karena banyaknya penolakan dari masyarakat Indonesia, pialang Yahudi yang sempat membuat perekonomian negara-negara Asia Tenggara (termasuk Indonesia) ini menjadi morat-marit tertimpa krisis finansial pada 1997 inipun akhirnya membatalkan niatnya tersebut.

Di dalam pemerintahan Gubernur Irwandi Yusuf sendiri hadir orang Asing yang menjadi penasehatnya. Sebut saja LeRoy Hollenbeck. Pria asal Amerika Serikat (AS) ini telah lama hadir di dalam Pemerintahan Aceh, semenjak Pj Gubernur Azwar Abu Bakar. LeRoy awalnya bekerja di BRR NAD-Nias kemudian diperbantukan di Pemda Aceh (Modus Aceh, Februari 2008). Masih menurut sumber yang sama, LeRoy juga diduga agen intelijen AS, CIA (Central Intelijen Agency) untuk Aceh. Selain LeRoy, tercatat ada tiga lainnya yang bersama Gubernur Irwandi. Seperti Reenata Korber (warga Austria), William Ozkaptan yang bertindak sebagai Koordinator Badan Narasumber Damai Aceh atau Aceh Peace Resource Center (APRC). Ia juga warga AS. Yang membuat aneh adalah hadirnya seorang pria asal Australia bernama Dr Damien Kingsbury. Track record-nya jelas, dosen senior pada Deakin University ini juga ikut terlibat dalam memerdekakan Timor Timur (kini Timor Leste) dari Indonesia pada 1999, silam. Ia pun sempat dideportasi oleh pihak imigrasi lantaran masuk ke Aceh lewat jalur ilegal pada November 2007 lalu. Melihat track record-nya dalam memerdekakan Timor Timur, bisa jadi ia punya misi pertolongan yang sama terhadap Aceh.

Tanggal 27 Maret 2008, Tabloid Intelijen menurunkan sebuah laporannya tentang sebuah operasi intelijen internasional bernama Hawk Eye. Hubungannya dengan Aceh adalah operasi ini bakal digelar disini yang berbasis di Pulau Weh, Sabang. Digunakannya Sabang sebagai basis mereka antara lain, karena Sabang memiliki pelabuhan yang akan digunakan sebagai Pelabuhan Bebas. Operasi ini sendiri dikabarkan bakal melibatkan Badan Intelijen Israel Mossad, CIA, M11, dan Scotland Yard. Salinan agak lengkap tentang mengapa operasi ini harus dilakukan di Sabang adalah sebagai berikut:

“…Mereka mengincar Pelabuhan Sabang karena Pemerintah Filipina menutup pangkalan militer AS, Clark and Subic. Ditambah lagi semakin meningkatnya perdagangan di Pelabuhan Benghazi, Libya. Oleh pihak Rusia, pelabuhan ini dipakai sebagai tempat menyuplai persenjataan ke beberapa negara di Timur Tengah. Dalam kondisi ini, Hawk Eye berada di Bhosporus, Turki. Posisi ini sangat timpang karena kontrol komando yang sangat panjang antara Washington-Brussel-Colon-Sisilia-Diego Garcia-Leghorn, Irlandia. Hal ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi, karena membutuhkan teknologi satelit dengan menggunakan metode digital pada jaringan yang sangat panjang dan lebar.”

Terlebih lagi, lanjut Intelijen, operasional rutin armada tanpa pangkalan yang permanen membutuhkan biaya yang sangat tinggi dan penuh resiko. “CIA, Mossad, M11, dan Scotland Yard berusaha merancang titik-titik Hawk Eye pada gerbang lintasan antarbenua. Pihak CIA dan kawan-kawan menaruh harapan pada Perancis di Terusan Suez, tapi alternatif ini membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Mereka pun berupaya membuka titik pos di Sasebo, tapi terhalang Vladivostok dan Shakalin milik Rusia. Di Pos Diego Garcia mereka juga terhalang oleh Teluk Andaman dan Nikobar. Maka harus ada titik lain pada gerbang Samudera Hindia dan Selat Malaka sebagai tempat lalu lintas ekonomi AS dan Eropa. Tidak ada alternatif lain kecuali menjadikan Pelabuhan Sabang sebagai jaringan Hawk Eye,” tutup tabloid yang kini telah menjadi majalah ini menyudahi penelusurannya.

Dari sumber yang penulis temukan menyebutkan bahwa pengelolaan Pelabuhan Bebas Sabang ini dipegang oleh Dublin Port Company (DPC). Izin yang dikantongi oleh perusahaan asal Irlandia ini bisa saja dijadikan alasan untuk berkomplot melaksanakan operasi ini dengan keempat badan intelijen asing tersebut. Selain itu, perjanjian DPC dengan Pemerintah Sabang ini dinilai dapat merugikan Sabang dan Indonesia, khususnya. Apalagi jika diperhatikan, kata Intelijen, dari berbagai informasi disebutkan bahwa pihak Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS) kurang berpengalaman dalam tata laksana pelayaran interkotinental sehingga sangat mudah jika pihak Asing bisa dengan mudah bermain dan tentu saja merugikan kita, Aceh dan nasional.

Apalagi yang membuka kembali Pelabuhan Bebas Sabang ini adalah mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau biasa dipanggil Gus Dur. Seperti yang kita ketahui, Gus Dur adalah orang yang ingin membuka hubungan perdagangan dengan negara Zionis Israel dan bersahabat dengan negeri yang telah membantai ribuan muslim Palestina itu. Sebagai catatan, pada Mei 2008, Gus Dur mendapatkan Medali Kehormatan (Medal of Valor) karena telah membela Zionisme dengan keterbukaan walaupun ia beragama Islam, yang langsung diberikan oleh Rabi Mervin Hier.

Lewat Menteri Perindustrian dan Perdagangannya kala itu, Luhut Binsar Panjaitan, Gus Dur telah mensahkan Surat Keputusan Menperindag No. 23/MPP/01/2001 tertanggal 10 Januari 2001, yang tentu saja melegalkan hubungan dagang dengan negeri teroris itu. Gus Dur sendiri saat masih memimpin negeri ini sempat berkata, permasalahan ini tak perlu dilihat dari unsur agamanya, tapi lihatlah dari kepentingan nasionalnya. Inilah salinan dari surat keputusan yang diterbitkan secara diam-diam dan tak jelas nasibnya sampai saat ini:

Perihal: Surat Keterangan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 23/MPP/01/2001 tanggal 10 Januari 2001 tentang Pencabutan Surat Keputusan Menteri Perdagangan No. 102/SK/VIII/1967 tentang Pelaksanaan Peraturan-peraturan dibidang Kebijakan Ekspor dan Pemasaran Barang-barang produksi Indonesia.

Perlu disampaikan bahwa saat ini tidak ada lagi hambatan atau larangan secara hukum untuk perusahaan Indonesia melakukan dagang dengan perusahaan Israel dan sebaliknya.

Aceh sendiri termasuk provinsi di Indonesia yang paling kaya akan sumberdaya alamnya. Dan AS sendiri adalah negara yang langsung tanggap memberi pertolongan kepada Aceh saat negeri ini disapu gelombang tsunami. Dan, AS sendiri adalah negara yang paling berdarah tangannya dalam menyerang negeri muslim, seperti Irak, Afghanistan dan Palestina alias memegang predikat sebagai negara kolonialis dan imperialis (penjajah) nomor wahid! Dalam setiap pertolongannya, negeri dua wajah seperti AS dan juga negeri-negeri penjajah lainnya selalu disertai dengan misi lain, yakni menguasai sumberdaya sebuah negeri calon jajahannya tersebut. Kasus Irak bisa kita ambil contoh. Misi sebenarnya AS menyerang Irak, seperti diketahui oleh masyarakat dunia, bukanlah senjata pemusnah massal, tapi adalah minyak. Apakah hal ini juga berlaku untuk Aceh, khususnya dan Indonesia, umumnya? Bisa jadi, karena bagi Barat tak ada yang namanya makan siang yang gratis! (No free lunch!).

Meskipun hal ini dibantah oleh pihak militer AS dan pemerintah Indonesia, namun ada kabar yang beredar kalau sebenarnya AS ingin membangun pangkalan militernya di Sabang. Sabang sendiri adalah sebuah pulau yang sangat strategis bagi perdagangan. Terbukti ketika Belanda (VOC) masih berkuasa di Aceh, negara tersebut ketika menguasai Aceh, sempat membangun pelabuhannya disitu sebagai jalur perdagangannya. Kata “Balohan” yang kini menjadi nama salah satu kota di Sabang, juga diduga kuat berasal dari ucapan orang Belanda kepada kata Pelabuhan di Sabang.

Selain itu dari penuturan mantan pejabat tinggi intelijen Indonesia yang dirahasiakan namanya oleh Herry Nurdi, yang kini menjabat Pemimpin Redaksi majalah Islam Sabili ini mengatakan bahwa AS sejak awal telah menyiapkan proyek Balkanisasi atau memecahbelah Indonesia dengan cara mempersenjatai dan menghidupkan lagi perlawanan separatisme di Aceh. Ini adalah proyek pertama dan akan menyusul proyek lainnya di beberapa daerah di negeri ini, seperti di Ambon, Maluku Utara, Papua dan Riau. Malah, konon, jauh-jauh hari, persenjataan dari pihak luar yang telah disiapkan dan tinggal menunggu perintah dalam daerah-daerah tersebut.

Lantas, siapa arsitek separatisme ini? Tentu saja kelompok Hawkish di dalam pemerintahan AS. Mereka adalah kumpulan orang-orang Zionis Kristen dan tentu saja Zionis Yahudi dan Israel. Orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap Islam dan akan berupaya penuh agar Islam tak akan bangkit lagi karena jika Islam bangkit pasti akan mengganti kepemimpinan sekaligus menghancurkan segala rencana busuk mereka atas seluruh negeri Islam di dunia. Data proyek Balkanisasi dan separatisme di Aceh ini penulis kutip dari buku “Lobi Zionis dan Rezim Bush: Teroris Teriak Teroris” (Hikmah: 2006), hal. 123-124.

Seperti kita ketahui bersama, negeri Paman Sam tersebut hingga saat ini masih dikuasai oleh Zionis Yahudi. Dan yang paling banyak penduduk Yahudinya adalah di kota New York. Sehingga tak salah jika orang-orang Yahudi tersebut menyebut kota ini sebagai “the New Yerussalem.” Dan misi Zionis Yahudi ini adalah seperti yang tertulis pada lembaran belakang uang satu Dolar AS, yakni Novus Ordo Seclorum atau The New World Order (Tata Dunia Baru). Yaitu mendirikan Negara Israel Raya dan setelah negara Israel terbentuk maka misi terakhir mereka adalah mendirikan kembali Kuil atau Haikal Sulaiman di dalam negeri tersebut untuk dijadikan sebagai tempat bertahtanya kembali seorang Kristus (bukan istilah untuk Yesus), raja yang telah lama dinanti-nantikan oleh mereka.

Dunia saat ini pun sedang mereka giring ke arah sana. Apakah Aceh dan umumnya Indonesia juga menjadi target incaran mereka untuk dijadikan basis gerakan The New World Order (Tata Dunia Baru) tersebut? Entahlah, yang jelas misi ke arah sana pasti ada dan tentunya masih sangat terbuka lebar.

Penulis: Abdul Fatah; TTL: Sabang, 10 Oktober 1989; Mahasiswa Jurusan Perpustakaan dan Komunikasi Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry Banda Aceh; Email: abdul.fatah446@gmail.com; Blog: notmisterjeckyll.wordpress.com

Daftar Referensi:

* Rizki Ridyasmara, Fakta Data Yahudi di Indonesia Era Reformasi, Pustaka Al-Kautsar, 2008.
* Rizki Ridyasmara, Gerilya Salib di Serambi Mekkah, Pustaka Al-Kautsar, 2006.
* Herry Nurdi, Lobi Zionis dan Rezim Bush: Teroris Teriak Teroris, Hikmah, 2006.
* ZA Maulani, Zionisme: Gerakan Menaklukan Dunia, Daseta, 2002.
* Tabloid Kontras, Jejak Berdarah Yahudi, 2009.
* Tabloid Intelijen, Pelabuhan Bebas Sabang Lahan Operasi Intelijen Hawk Eye (Artikel), 27 Maret-9 April 2008.
* Modus Aceh, Ambisi Amerika “Menguasai” Aceh, Februari 2008.
* Antara.co.id, Irwandi: George Soros akan Berinvestasi di Aceh, 12 September 2007.
* Sabili, Penguasa Zionis Masuk Aceh (Artikel), 18 Oktober 2007.
* Eramuslim.com, Siapa Sebenarnya Suharto? (bagian 6), 25 Desember 2008.
* Eramuslim.com, Siapa Sebenarnya Suharto? (bagian 7), 4 Januari 2009.
* Eramuslim.com, Siapa Sebenarnya Suharto? (bagian 8), 9 Januari 2009.
* Eramuslim.com, Sukarno, Megawati dan Islam (bagian 5), 12 Maret 2009.
* Eramuslim.com, Sukarno, Megawati dan Islam (bagian 6), 20 Maret 2009.

Dan beberapa sumber yang telah penulis sebutkan di dalam tulisan ini di atas.
Untuk Selanjutnya Klik Disini

Rabu, 12 Agustus 2009

Wajah - Wajah Perabadan Aceh

Wajah, bahasa, hingga berbagai jenis makanan di Nanggroe Aceh Darussalam dipengaruhi juga oleh Negara Timur Tengah, India dan beberapa daerah di Sumatra. Dalam bidang Agama, Islam merupakan Agama mayoritas, dan merupakan Propinsi penganut Agama Islam terbesar di Indonesia. Karena pada zaman dahulu, Aceh dikenal sebagai Tempat Pertama Penyebaran Agama Islam di Nusantara, juga pada masa lampau orang-orang yang akan menunaikan Ibadah Haji di kumpulkan di Aceh terlebih dahulu untuk diberangkatkan ke Mekkah, sehingga Aceh terkenal sebagai "Serambi Mekkah".


Dikarenakan Agama Islam yang begitu dominan didaerah ini, maka sedikit banyaknya berpengaruh pada bidang kehidupan Masyarakat di NAD, antara lain aturan pemakaian jilbab untuk busana wanita Islam di wajibkan disini.

Dalam bidang Kebudayaan, Provinsi NAD sendiri terdapat banyak sekali suku-suku Aceh yang tersebar di berbagai Kabupaten/Kota di Provinsi NAD, dan tentunya melahirkan kebudayaan yang beraneka-ragam, dari jenis bahasa, adat-istiadat, hingga beraneka-ragam kesenian daerah.


Suku-suku di Provinsi NAD tersebut antara lain yaitu:

1. Suku Aceh dengan bahasa Aceh, yaitu penduduk dari Kota Sabang, Kota Banda Aceh, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh Jaya, Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, dan Kabupaten Bireuen.

2. Suku Aneuk Jamee dengan bahasa Aneuk Jamee yang terdengar seperti bahasa Minang, yaitu penduduk dari Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Aceh Barat Daya, dan Kabupaten Nagan Raya.

3. Suku Kluet, yang mendiami sebagian kecil dari Kabupaten Aceh Selatan, yaitu Kluet Utara, Kluet Selatan, Kluet Tengah dan Kecamatan Kluet Timur.

4. Suku Tamiang dengan bahasa Aceh Tamiang yang hampir seperti bahasa Melayu, yaitu bahasa dari penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Timur, dan Kota Langsa.

5. Suku Gayo, dengan bahasa Gayo dari penduduk Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Aceh Tengah (Takengon), dan Kabupaten Bener Meriah.

6. Suku Alas, yaitu bahasa Alas dari penduduk Kabupaten Aceh Tenggara.

7. Suku Haloban, dari penduduk Kabupaten Aceh Singkil Kepulauan (Pulau Banyak).

8. Suku Julu termasuk kelompok suku pak pak boang, yaitu penduduk dari Aceh Singkil daratan dan Kota Subulussalam. Suku pak pak boang berasal dari Sumatra Utara.

9. Suku Devayan, yaitu penduduk yang mendiami Pulau Simeulue di Kecamatan Teupah Barat, Teupah Selatan, Simeulue Timur, Simeulue Tengah dan Salang.

10. Suku Sigulai, yaitu penduduk yang mendiami Pulau Simeulue bagian utara, yaitu kecamatan Simeulue Barat, Kecamatan Alafan, dan juga mendiami sebagian desa di Kecamatan Salang, Kecamatan Teluk Dalam, dan juga Kecamatan Simeulue Tengah.

Jenis makanan di NAD pada umumnya cenderung pedas (spicy), dan banyak menggunakan rempah-rempah (bumbu masak) yang kuat, sehingga cita rasanya sangat khas, seperti gulai itik, sayur pliek u, ataupun gulai aceh asam sunti. Ada pula makanan yang berasal dari India, seperti masakan kari (kare) dan roti cane, serta beberapa masakan khas dari kabupaten/kota di Provinsi NAD lainnya.

sumber : http://www.visitaceh.com/
Untuk Selanjutnya Klik Disini

Kepengurusan Baru Keluarga Mahasiswa Aceh (KMA) Mesir di Bentuk

Catatan: Azwir Muhammad Hasan

MESIR - Kamis, 23 Juli 2009 merupakan hari yang bersejarah bagi KMA Mesir, pada hari itu telah terpilih sang nahkoda baru KMA yaitu Tgk. Mubashshirullah bin Musa Umar yang menang mutlak dalam pemungutan suara yang berlangsung sengit, acara yang diadakan di Meuligoe KMA Mesir ini berlangsung kurang lebih tujuh jam.

Sebelum acara pemilihan nahkoda baru KMA ini dimulai, terlebih dahulu telah diadakan acara Syura bil Muhasabah, yaitu acara pertanggung jawaban ketua KMA dan jajarannya yang terdahulu, acara dimulai dengan pembukaan oleh protokol, kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh Tgk. Muhammad Abduh, lalu kata-kata sambutan,kata sambutan pertama oleh Ketua Panitia Acara, Tgk. Hanif Muhammad Dahlan, kemudian dari Koordinator Majlis Syura, Tgk. H. Amri Fatmi Anziz, Lc..


Setelah seluruh pemuka KMA memberikan kata-kata sambutan dan arahan, barulah dimulai sidang pleno pertanggung jawaban ketua KMA lama, BPH dan seluruh koordinator bagian masing-masing. Acara ini dimulai dengan pembukaan sidang oleh Dewan Presidium Sidang, Tgk. H. Muakhir Zakaria S.Pd.I., Dpl. dan Tgk H. Riza Nazlianto, Lc.. Setelah pembukaan sidang barulah para nahkoda KMA lama yang ketuai oleh Tgk. Yusri Noval Syukri, Lc., untuk unjuk gigi dalam sidang pleno ini.


Pembukaan acara dibuka oleh Ketua KMA lama yang didampingi masing-masing sebelah kanan dan kiri yaitu Tgk. Riza Fadli Abdullah, yang menjabat sebagai sekretaris I, Tgk. Iswar Sukarsa, sebagai sekretaris II, Tgk. Muhammad Husni Mukhtar sebagai Wakil Ketua II, Tgk.

Muchlis Diafarni sebagai Bendahara I dan Tgk. Yermijal Firdian sebagai Bendahara II, juga para seluruh koordinator bidang. seperti Bidang Pendidikan yang di koordinir oleh Tgk. Abdul Halim, Bidang Litbang yang dikoordinir oleh Tgk. Muttaqin Anas, Bidang Bakat dan Seni yang dikoordinir oleh Tgk. Faudhari.

Ada juga Bidang Humas yang di wakili oleh Tgk. Khairul Umam, Bidang Olah Raga yang dikoordinir oleh Tgk. Sufrizal, Bidang Kesejahteraan yang dikoordinir oleh Tgk. Faisal Ishaq. Bidang Keputrian yang dikoordinatori oleh Tgk. Puspa Rahmayani.

Sidang berjalan dengan penuh khidmat dan tampak serius, walaupun ada canda tawa di dalamnya. Juga terlihat di sana para panitia acara yang sibuk bolak-balik di dalam ruangan, ada yang sibuk mencatat para hadirin yang datang, perekam video, pengatur acara, pemasak hidangan yang langsung dikoordinir oleh Tgk. Ramli dan Tgk. Juanis.

Bagian Humas dan Perlengkapan acara yang sehari sebelumnya telah bekerja keras untuk mengantarkan surat dan perlengkapan untuk acara. Juga hadir para warga KMA yang ada di seluruh penjuru Mesir, mereka datang khusus untuk mengikuti acara yang diadakan setahun sekali itu. selesai pengurus KMA membacakan hasil kerja di dalam sidang dan diterima oleh segenap hadirin yang datang maka berakhirlah acara Syura Bil Muhasabah.

Selesai Shalat Ashar yang dilaksanakan di masjid yang berdekatan dengan sekretariat KMA, maka dimulailah acara Pemilihan Ketua KMA yang baru.

Sebelum acara ini dimulai para nasyider KMA telah unjuk kebolehan dalam dunia tarik suara yang dibawakan oleh Tgk. Zulhelmi, dkk. acara di mulai dengan pembukaan oleh Koordinator Majlis Syura Tgk. Amri Fatmi Lc., setelah beliau membuka acara, beliau langsung menampakkan di layar Projektor, kandidat yang telah dipilih oleh para warga KMA dan telah di saring oleh Majlis Syura yaitu Tgk Mubashshirullah bin Musa dan Tgk. Muhammad Husni Mukhtar untuk diperkenalkan kepada publik KMA.

Setelah perkenalan acara dilanjutkan dengan kampanye para kandidat kurang lebih masing-masing 5 menit. Situasi haru terjadi ketika para kandidat menyampaikan orasinya, masing-masing kandidat meminta kepada hadirin untuk tidak memilihnya, selesai orasi para kandidat acara di lanjutkan dengan pembagian kertas suara kepada seluruh jajaran warga KMA yang hadir untuk memilih siapa yang akan menjadi nahkoda baru KMA Mesir.

Setelah menunggu selama setengah jam, kertas suara telah terkumpul seluruhnya ke dalam kotak suara yang kemudian dibacakan oleh Tgk. Jamal satu persatu.

Situasi sengit dan canda tawa pun terjadi ketika awal pembacaan kertas suara yang kedua kandidat memperoleh suara yang sama, tetapi setelah berselang setengah jalan pembacaan kertas suara mulai mengarah kepada Tgk. Mubashshirullah yang kemudian dimenanginya.

Tepuk tangan para hadirin pun mulai melebar setelah pembacaan kertas suara diselesaikan. Setelah semua surat suara terselesaikan maka berakhir pula acara pemilihan ketua KMA baru.

Setelah Shalat Maghrib selesai acara dilanjutkan dengan penyampaian kesan-kesan dari ketua KMA yang baru dan ditutup dengan pembacaan doa dan santapan hidangan yang telah di siapkan oleh Panitia Konsumsi.

Penulis adalah Akitifis World Achehnese Association (WAA), Mahasiswa Fakultas Al-Azhar, Cairo- Mesir.
Untuk Selanjutnya Klik Disini

Sabtu, 01 Agustus 2009

Mau Tahukah Anda Serba-Serbi Subulusalam Aceh Singkil? Baca di Sini

Makna kata singkil, singkil asal katanya Sekel yang artinya MAU. Oleh sebab itu suku Singkil mudah untuk menyesuaikan diri dengan suku yang lain. Oleh Sebab itu Di Singkil sendiri terdapat banyak Suku-suka. Atau boleh juga dikatakan bahwa orang Singkil Adalah Orang yang sangat netral terhadap suku yang lain.

Penduduk dalam wilayah Kabupaten Aceh Singkil secara garis besar dapat dikelompokkan berdasarkan asal-usulnya, walaupun sekarang ini sudah samar (tidak kentara lagi).
Ada beberapa etnis awal atau asal dari penduduk yang menetap di wilayah Singkil, dan dengan penelusuran jejak asalnya secara global maka terdapat berbagai etnis didalamnya yaitu : Etnis Aceh, Etnis Batak, Etnis Minangkabau, Etnis Nias, dan Etnis-etnis lainnya dalam jumlah kecil.

Pengelompokan ini didasarkan karena dari setiap etnis masih dapat dirinci asal muasal etnis tersebut datang ke Singkil.Faktor-faktor yang menjadi tujuan utama etnis-etnis tersebut datang ke wilayah Singkil adalah karena faktor ekonomi serta faktor-faktor sekunder lainnya.

Etnis Aceh

Dimasa yang lalu kelompok etnis Aceh ini terkelompokkan dalam komunitas wilayah tertentu. Diantara komunitas Aceh yang ada di wilayah Singkil adalah di Kuala Baru.
Budaya etnis Aceh berada dalam kehidupan bersama di kelompok yang telah ada acuan kebersamaannya. Kelompok ini dipimpin oleh seoarang yang berwibawa dan terpandang. Tetapi pimpinan ini tidak lantas menjadi pimpinan yang absolut. Pemimpin etnis ini ditunjuk untuk mengurus soal adat (kepala adat), yang sangat erat hubungannya dengan pemerintahan, ekonomi, politik dan kegiatan masyarakat lainnya. Pemimpin didampingi oleh pemuka agama atau imam, yang menuntun kehidupan keagamaan. Hukum yang dibuat oleh pimpinan dan masyarakat harus sesuai dengan hukum agama. Oleh karena itu kedudukan seorang pimpinan keagamaan sama dengan pimpinan kelompok.

Keadaan ini sama antara gampong (kampung), kerajaan besar atau kecil. Tradisi ini memungkinkan adanya kerajaan kecil yang muncul di Kabupaten Aceh Singkil pada waktu yang lalu, atas inisiatif etnis Aceh.

Sistem kemasyarakatan etnis Aceh adalah menurut garis keturunan Ayah dan juga Ibu. Perpaduan patrilineal dan matrilineal ini dalam hubungan kekerabatan yang mengakibatkan terjadinya pembauran etnis ini dengan etnis lainnya sehingga terjadinya asimilasi sehingga menumbuhkan bentuk ke-Singkil-an suku. Terlebih lagi mencairnya pemisahan antara berbagai etnis maka terjadilah perkawinan antar etnis yang memunculkan kehidupan harmonis saling menghargai serta timbulnya rasa kesatuan wilayah SINGKIL dan bahasa pergaulan tidak mutlak lagi dengan menggunakan bahasa Aceh.

Etnis Batak
Wilayah Singkil merupakan bagian dari wilayah Aceh secara keseluruhan, tetapi wilayah Singkil pada masa yang lalu jauh lebih sulit untuk dicapai atau didatangi oleh masyarakat /penduduk Aceh lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya kendala-kendala hubungan, keterikatan pada adat istiadat dan kendala lainnya yang menyebabkan perpindahan penduduk dari etnis Aceh ini menjadi sedikit. Kendala utama yang menjadi penghambat utama masuknya etnis Aceh ini adalah karena faktor keadaan alam Singkil pada masa lalu.

Sebaliknya dari etnis Batak kendalanya lebih kecil, dan didorong untuk mendapat kehidupan yang lebih baik karena keterbatasan tanah suku (adat) yang ada didaerah asalnya yang menyebabkan lebih mudahnya mereka datang ke wilayah Aceh Singkil.

Terjadinya perpindahan penduduk (migrasi) dari daerah wilayah Batak telah berlangsung sejak lama. Migrasi etnis Batak ini datang dengan cara berkelompok di suatu lokasi yang kemudian menjadi Huta atau Kota/Kampung. Tradisi etnis batak, marga pertama yang membuka huta adalah yang menjadi penguasa daerah itu.Pendatang baru yang datang kemudian akan menempati daerah yang bertetangga dengan penduduk yang datang sebelumnya, sehingga tersusun suatu tatanan kemasyarakatan yang telah dihuni oleh masyarakat batak diatas.

Daerah yang telah ditempati diatas diatur oleh raja setempat, seperti Raja Penyusunan Bulung merupakan raja yang menguasai pemerintahan Huta, Raja Torbin Balok yang berkuasa di daerah tetangga Raja Penyusunan Bulung. Kedua kerajaan saling mengakui kekuasaan masing-masing, sampai akhirnya kerajaan-kerajaan ini mengembangkan kekuasaan ke daerah lain dan membuat sistem pemerintahan yang lebih teratur di daerah masing-masing.

Etnis Batak Merupkan Etnis Mayoritas di Subulussalam dan Aceh Singkil. Untuk lebih dalam lagi, Etnis Batak ini sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu: Suku Pakpak dan Suku Boang.
Untuk membedakan dua bagian ini kita bisa kita simak sebagi berikut :

Suku Boang adalah mereka yang pada awalinya yang Tinggal di Daerah Aliran Sungai (DAS). Walaupun saat ini mereka sudah menyebar ke daerah perkotaan. Ada juga yang mengatakan inilah penduduk asli Aceh Singkil, tapi berita ini masih simpang siur.

Sedangkan Batak Pakpak adalah Mereka yang tinggal lebih dekat ke daerah perbatasan Sumut.
Adapun perbedaan yang jelas terlihat adalah dari segi bahasa yang di gunakan oleh mereka. Bahasa Pakpak pengucapan konsonan ‘R’ sedangkan dalam Bahasa Singkil diucapkan secara uvular sebagai ‘Kh’. Misalnya Orang Pakpak Mengucapkan ROH KE WEH. Dan orang Boang Mengucapkan KHO KENE KAUM. Atau arti sopannya dalam basasa Indonesia adalah Selamat Datang.

Etnis Batak biasanya memakai marga di ujung nama mereka. Walaupun begitu saat ini sudah banyak yang tidak memakai marga di ujung nama mereka, namun mereka berpegang pada silsilah.

Walaupun ada perbedaan seperti itu kedua suku mayoritas yang ada di Aceh Singkil dan Subulussaam, namun mereka tetap hidup harmonis dan tidak pernah mempermasalahkan suku antara satu dengan yang lain.

Etnis Minangkabau

Etnis ini lebih lazim disebut orang Padang. Migrasi etnis ini lebih di dorong oleh faktor dagang. Orang Padang terkenal sebagai pedagang ulung dan gigih. Kedatangan etnis ini ke wilayah Singkil berdagang membawa barang kebutuhan penduduk dan juga merupakan penjaja jasa seperti tukang emas, tukang pangkas (cukur), penjahit pakaian laki-laki dan perempuan serta jasa lainnya yang diminati penduduk.

Orang padang lebih banyak mendatangi /menetap di wilayah singkil sekitar pantai/laut, karena mudah dihubingi dengan perahu layar/kapal laut. Budaya orang padang yang dibawa oleh pedagang-pedagang yang datang ke wilayah Singkil ikut terlarut berasimilasi dengan kebudayaan-kebudayaan setempat, sehingga menghasilkan kebudayaan yang unik, tidak sama dengan kebudayaan asli yang dibawa oleh etnis-etnis yang datang ke wilayah Singkil. Perkawinan yang menurunkan generasi penerus telah membaurkan penduduk dalam wajah orang Singkil.

Di masyarakat minangkabau juga mengenal kelompok-kelompok keturunan seperti halnya etnis batak yang disebut marga. Seperti halnya etnis Batak, orang Padang tidak menonjolkan kelompok keturunan asalnya.

Etnis Nias

Etnis ini mempunyai Bahasa sendiri dan dikenal oleh penduduk wilayah Singkil, tapi tidak digunakan secara umum dengan etnis lainnya. Etnis nias bermigrasi ke Singkil melalui laut dengan perahu layar. Etnis Nias terkenal juga dengan Pelaut-nya, karena etnis ini merupakan penduduk dari sebuah Pulau di samudera Hindia, di sebelah barat daya wilayah Singkil, dan sebagian di kepulaun Banyak.

Dari segi fisik etnis ini pada umumnya mempunyai ciri khusus kuning langsat. Asli etnis ini tidak menggunakan huruf n, m ng (sengau) dalam menyebutkan kata-kata.

Etnis lainnya

Di wilayah Singkil terdapat juga beberapa etnis lain, seperti Bugis, Jawa, Cina, Arab dan Keling. Migrasinya etnis-etnis ini ke wilyah Singkil berlatar belakang perdagangan dan mencari pekerjaan.

Pembuktian etnis Bugis di Aceh Singkil adalah adanya nama-nama benda yang sama dengan bahasa Bugis asli, dendang bugis yang irama dan kata-katanya mirip (walau tidak sama) dengan dendang singkil begitu pula adat istiadatnya.

Untuk etnis Cina, di Singkil terdapat kampung yang bernama kampung Cina, walau sekarang tidak lagi dihuni oleh orang-orang Cina.

Untuk Etnis Arab, salah satu buktinya terdapat nama said, syarifah dan makanan khas arab yang telah disesuaikan dengan lidah orang Singkil.

Untuk etnis Keling (India), dulu terdapat kampung keling terdapat penjual susu murni.
Untuk etnis Eropa, tidak jelas apakah mereka meninggalkan keturunan di Singkil, karena mereka dulunya berdiam di lokasi khusus perumahan perkebunan sawit dan karet milik perusahaan Eropa di onderneming Lae Butar Rimo.

Etnis Jawa yang berada di Aceh Singkil, terutama bekerja di perkebunan dan karet di wilayah Simpang Kanan yang disebut Perkebunan Lae Butar bergabung dalam PT Socfindo.Perpindahan etnis Jawa ini berlangsung sejak jaman kolonial Belanda. Saat itu diperlukan banyak tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit. Transmigrasi ini berlanjut pada masa pemerintahan Republik Indonesia. Generasi keturunan lanjut mereka yang telah menciptakan gerak sosial ( social mobility ) dalam kehidupan di Aceh Singkil.

Adapun seni budaya suku di Subulussalam dan Singkil yang lazim dipergunakan oleh masyarakatnya :

1. Dampeng
2. Tari Alas
3. Tari Barat
4. Tari Sri Ndayong
5. Tari Piring
6. Tari Biahat (Tari Harimau) / Takhi Bakhat
7. Tari Payung
8. Tari Lelambe (Tarian Terakhir)

Adat Istiadat Suku Singkil

A. Hukum (Denda)

Adat istiadat suku singkil mempunyai tiga tingkatan :
1. Denda 105 yang mempunyai arti bahwa apabila seorang raja melakukan suatu kesalahan dan hal tersebut hanya ditujukan kepada seorang raja saja.
2. Denda 100 yang mempunyai arti bahwa apabila seorang pengulu/kepala desa melakukan suatu kesalahan dan hal tersebut hanya ditujukan kepada seorang pengulu saja.
3. Denda 80 yang mempunyai arti bahwa apabila seseorang melakukan suatu kesalahan dan hal tersebut hanya ditujukan kepada masyarakat biasa
Denda tersebut diatas sisesuaikan dengan kesepakatan dan perkembangan zaman.

B. Adat Istiadat Dalam Perkawinan

Adat istiadat dalam perkawinan di Subulusalam Aceh singkil yang harus dipenuhi oleh pihak laki-laki.

1. Beras 100 (sepuluh kaleng)
2. Kambing 1 ekor
3. Uang Hangus (jumlahnya tidak tertentu) ata disebut dengan Khukun damae artinya kebutuhan yang dibutuhkan dengan musyawarah
4. Obon (nasi kendang) yang dibawa oleh pengantin laki-laki (yang mengiringi) atau disebut dengan mengakhak dan jumlah obon 16 talam (tempat).

Adat istiadat yang ada pada kategori A dan B diatas sudah banyak perubahan di Singkil. ada yang menambah dan ada yang mengurangi. Bahkan ada yang sama sekali tidak memakai lagi adat seperti yang di sebutkan di atas.

C. Makanan Tradisional Subulussalam Aceh Singkil

1. Nditak
2. Pelita Talam, ada juga yang menyebutnya Nditak Talam
3. Ndalabakh
4. Buah Belaka
5. Nakan Nggekhsing (nasi kuning)
6. Seme Malum, Cemanis (pulut bekuah)
7. Manuk Labakh, cenecah
8. Ikan Kekhah
9. Sanok Galuh Atau Garong
10.Jekhuk
12.Ndekhikih
13.Klame Tabusiam
14.Pekacem Tubis

D. Keterampilan Tradisional Subulussalam Aceh Singkil

1. Sumpit belopepinangen
2. Ndulang
3. Pahar
4. Bot
5. Belagen yang dibuat dakhii bulung bengkuang
6. Piso

E. Panggilan / Istilah di Di Subulussalam Salam dan Singkil.

1. Pukak, Pak, Buyung, (Panggilan Untuk Anak laki2)
2. Rukak, Sukak, Nungkak, Upik (Panggilan Untuk anak Perempuan)
3. Gek, Abang, (Panggilan Sopan untuk orang lebih tua)
4. mak, Pak (Panggilan Untuk Ibu Bapak)
5. Dik, Tukhang, (Panggilan Umum untuk perempuan lebih kecil)
6. Senina, (sapaan terhadap sesama umur / teman biasa)

F. Di Subulussalam dan Aceh Singkil Merupakan Salah Satu Daerah Yang Mempunyai
Banyak Jenis Ikan

1. Ikan Bakut
2. Ikan Itu
3. Ikan Mekhah
4. Ikan Lemeduk
5. Ikan Golkar. Nama ini hanya sebagian aja yang memakainya
5. Ikan Gaman
6. Ikan Sepat
7. Ikan Kokhop
8. Sepat Siam
9. Sepat Biasa
10.Ikan Kacingen
12.Ikan Balakihik
13.Ikan Kopkhas
14.Ikan Bebale
15.Ikan Kelubak
16.Ikan Baong
17.Ikan Temabu
18.Ikan Selleng
19.Ikan Seluntok

Masih dalam proses, tulisan ini akan bertambah dan sekarang sedang mencari banyak sumber.
Untuk Selanjutnya Klik Disini